Jumat, 21 Maret 2014

Bali : Pengalaman dari Route Standar


Perjalanan ke Bali untuk yg kedua kalinya ini sebenarnya tidak begitu diniatkan. Hanya Karena “terpaksa tugas” tapi setidaknya wajib ada pengalaman baru dalam berperjalanan darat dan laut. Pengalaman ini tentu bukan untuk menuliskan kembali tour itinerary/jadwal dari biro yg kami pakai. #ini sedikit protes.

Perjalanan dari Tanah Lot menuju pantai Tanjung Benoa berkisar 1 jam akan lewat jalur cepat, begitu kata Bli Tomi guide kami. Bus melaju sedang membelah kota oleh local guide kami dijelaskan tentang bangunan di Bali yg ketinggiannya tidak boleh lebih dari pohon kelapa a.k.a 15 m. Tiba-tiba teman bangku depan berdiri dan bis sudah di lokasi perairan yang aneh. Inilah jalan tol diatas laut.

Benar megah karena belum pernah lihat ada jalan tol diatas air dan makin merinding pas bis kami lewat di tengah tol itu. Terlihat jelas panjangnya, jalan bembujur-bujur yang entah menuju ke arah mana, tapi ya ini bangunan baru. Yang katanya 8 bulan saja pembangunannya, lalu katanya lebih berwarna jika malam, panjangnya sekitar 21 Km, menggunakan teknis pembangunan dengan mengurug permukaan laut, hanya sial saja sampah visual kampanye bercecer disana sini. 

Melongo sambil nyimak ocehan panjang kental logat Bali dari Bli Tomi. Kokoh.. indah.. kemudian terbayang perwujudan bait novel “Anak Bajang Menggiring Angin” karya Rama.Shindu pada babak Hanoman menambak samudera untuk membangun jembatan. Ckckckk…

Lalu ingat pertanyaan kemarin malam. Jadi setelah 1 jam nongkrong di deck atas dari Ketapang, kapal sepertinya cuma terapung-apung di laut berhenti menghampiri Gilimanuk. Nyaris bosan, tapi disisi sana ada deretan rapi titik lampu, ah bangunan apa itu? tingginya sejajar, terlalu panjang untuk ukuran kapal, hotel tidak mungkin sepanjang itu, apa ada pelabuhan lain di Bali? Mungkin ini jawabannya, jalan Tol termegah se-Asia Tenggara.

Yaa ibarat makanan Bali adalah menu A La Cart yang siap santap. Lengkap dan mengenyangkan. Sudah sewajarnya di objek wisata ada pernak pernik khusus untuk jadi buah tangan.Tapi tidak menyangka toko souvenir berjajar lekat satu sama lain hampir di setiap objek yang kami kunjungi. Satu lagi pengalaman baru bagi saya yang kurang piknik ini adalah katering bekerja sama dengan toko oleh-oleh untuk menyediakan logistik bagi wisatawan rombongan sehingga bisa isi perut sambil shoping, sungguh konsep yang klik.

Selesai dari Bedugul saya merasa aneh karena jalur menuju pulang ini justru semakin menaiki bukit. Hampir 1 jam berkelak-kelok akhirnya sekelebat dari kanan jendela [red:Utara] terlihat laut.. MasyaAlloh pantai Utara, yaah Lovina.. artinya kami baru saja melalui jalur yang terlarang oleh Ibu Koordinator Wilayah PKH Prov. Bali. Hehee Alhamdulillah tetapi lancar jaya. Pak Supir kami emang top. Jalur Utara sedikit membuat kecewa perjalanan tugas saya, karena begitu saja melewatkan Taman Nasional Bali. Lengkap sudah jalur standar tugas ke Bali. Sampai jumpa dengan route yang tidak biasa :D.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar