Pembalasan dendam terhadap gurauan terkadang tidak harus selalu pakai celetukan lisan di saat yang sama. Catatan ini adalah pembalasan dendam untuk mas Bima yang waktu itu baru dikenalkan dua hari yang lalu, dan tidak secara resmi dikenalkan sama mas Ridwan ding. Sebut saja kancane kancaku (temannya temanku). Ah ini mungkin tidak penting bagi orang lain. Tapi agak penting bagi saya titipkan catatan di sini supaya tidak menguap tak berbekas diingatan.
Saya cewek yang termasuk cuek terhadap gaya berpakaian. Berpenampilan ya senyamannya saja, apa adanya kadang tanpa ngaca bedak ina ini dan itu, ngantor juga gitu. Apalagi tidak dalam agenda resmi misalnya ketemu sama client atau njagong manten (acara pernikahan). Jadilah tampilan yaa simple tidak dipikir.
Ooo hya mas Bima itu dedeg piadeg (perawakannya) tinggi, kulitnya putih, kuku tangannya sengaja agak dipanjangkan dan tentunya dirawat dengan sangat baik. Memang jadi kelihatan anggun kalau sedang memutar stang bundar. Rambutnya lurus dibelah samping, tertata rapi. Waktu itu saja karena merasa sudah kepanjangan sedikit saja dia mau potong rambut di kota Banyuwangi, tapi setelah muter kota cari barbershop dia ragu-ragu. Hahaaa.
Ooo hya mas Bima itu dedeg piadeg (perawakannya) tinggi, kulitnya putih, kuku tangannya sengaja agak dipanjangkan dan tentunya dirawat dengan sangat baik. Memang jadi kelihatan anggun kalau sedang memutar stang bundar. Rambutnya lurus dibelah samping, tertata rapi. Waktu itu saja karena merasa sudah kepanjangan sedikit saja dia mau potong rambut di kota Banyuwangi, tapi setelah muter kota cari barbershop dia ragu-ragu. Hahaaa.