Sampai catetan ini saya ketik, masih inget banget rasa haru pesan bu Prapti via telepon.
Jadi ada Bu Prapti teman mbak Indah (**siapa mbak Indah? baca
cerita tes antigen ya). Beliau tetiba dapat nomerku dan telpon menanyakan keadaan
anak-anak Mbak Indah, ketersediaan logistik di rumah, bagaimana nanti buka
puasa dan bagaimana sahur. Karena saya bukan yang punya rumah saya gak tau
hikss… kak Tali posisi masih di lantai atas jadi gak bisa langsung ditanya. Saya
jawab sekenanya.
Sorenya beliau menelpon lagi menanyakan sudah ada untuk
berbuka atau belum. Tapi saat itu saya sedang mengkondisikan Indi yang harusnya
segera masuk ke kamarnya sendiri setelah mandi. Tapi indi mau ikut kakak-kakannya
lihat youtube di meja luar. Jadi telponan sama bu Prapti keskip-skip.
Hehehe Bu Prapti nunggu selesai saya menyapa lagi, “halo bu
nyuwun pangapunten ya bu..”
“hehhee gakpapa mbak Lista yang sabar ya, latihan punya anak” #jleb
“iya bu hehee” #tapiSambilMbrebesMili
Bukan sedih karena belum menikah/belum punya anak tapi sedih
melihat kondisi 3 anak yang tidak ketunggon orang tua dan salah satunya positive
covid.
Waduh beneran jadi ngerasa useless pol.. gak punya pengalaman apapun soal mengasuh anak. Padahal tadi sudah diwanti-wanti (dipesan) mbak Ratna Rumah Zakat (petugas yang mengirim tim test antigen untuk keluarga) untuk menegakkan protokol kesehatan buat seluruh penghuni rumah.
Kuncinya "tenang ada Allah"
Cerita kembali ke pagi hari setelah dapat telpon dari mbak
Indah bahwa beliau harus dirawat. Kak Tali diminta mengosongkan kamar lantai
bawah. Padahal saat itu kami berempat sedang berada di kamar itu. Ya Allah….nyuwun sehat
buat semua anak-anak…#batinku
"Anak-anak malam ini semuanya tidur di atas ya.." Oke kita move ke atas. Tapiii…bantal dan boneka tidur
milik anak-anak juga pada di bawa ke atas.. haduhhhh Ya Rabb…saya nggak mampu
lawan tiga anak yg gerakannya lebih cepat daripada saya…Piye iki…no steril
steril club…
Oke selanjutnya Kak Tali dan saya kudu ngangkat sprei di kamar bawah, sarung bantal, guling semua, handuk kemarin semua harus dimasukkan ember khusus. Ditaruh di belakan mesin cuci supaya tidak tercampur dengan cucian yg lain. Dan itu semua dilakukan tanpa masker bagi kak Tali. Karena nggak nemu masker di dekat situ jadi ahhh… begitulah… ya Allah paring sehat… (kebetulan saya selalu pakai masker, tapi saat itu masker kain saja).
“Kak Tali habis ini harus cuci tangan pakai sabun yang
bersih yaaa kak…” pintaku.
“iya..”
Pesan Pak Rosi ke anak-anaknya melalui telepon bahwa semua
anak harus masuk kamar sendiri-sendiri, selalu pakai masker, dan tidur di kamar
sendiri. Nanti kalau haus atau lapar minta tolong diambilkan amah Lista. Hemm…memahamkan
ketiga anak memang tidaklah mudah. Terlebih hanya melalui telepon.
Jadi tak heran jika prakteknya sungguh jauh dari harapan…ya namanya
anak-anak. Kadang adeknya pingin keluar lihat apa yg dikerjakan kakak-kakanya.
Kadang kakaknya yang lupa masuk ke kamar adiknya buat ambil keripik yang rasa
sapi panggang karena stock yg diluar rasa rumput laut. Juga bersemangat nganterin
boneka teman tidur & buku-buku favorit supaya adeknya nggak bosan. Terakhir
sebelum pulang saya lihat mereka bertiga tanpa berjaga jarak, membuka hadiah dari
abinya. L
#sudahkehabisankalimat
Saya baru pesankan stock masker kids & sekaligus dewasa juga
hand santizer ke om Wawan yang masih bisa wara-wiri malam hari. Ada satu hal yg
saya lupa karena saking bingung, harusnya ada disinfektan untuk sterilkan
seluruh isi rumah. Sampai catatan saya ini saya tulis saya belum tanya lagi
apakah rumah sudah disemprot satgas covid atau belum.
Ohya ada WA group yang mendadak saya bikin sejak jam 12.41
sengaja saya masukkan Harwi (sepupu saya), mbak Septi, Mbak Yoga dan mas Ipul. Group
itu khusus saya buat untuk berbagi keluh dan minta tolong jika ada sesuatu yang mendesak. Sebagian teman-teman saya itu
siap pasang badan buat koordinasi. Termasuk saya ditawari bantuan kiriman logistik
apa, makanan apa, atau mau minta bantuan apa. Ya Allah terimakasih semua mendoakan
yg terbaik dan support penuh. Sampai malam hari itu saya masih dikirimi sarung
tangan sebagai APD standar untuk treatmen. Mereka temani saya sampai saya tidur
jam 21.30
Alhamdulillah jam 3.30 am Pak Rosi tiba di rumah. Lega
sekali rasanya. Setelah sahur beres, saya juga bersiap-siap pulang ke rumah, menunggu
matahari agak bersinar. Tepat pukul 6 pagi saya tiba di rumah dan orang tua baru
saya kasih tahu saya harus semi isolasi setelah sampai di rumah. Hehehee..
Ada yg bertanya-tanya mungkin…
Apakah saya pakai masker selama di sana?
>> Iya tidak lepas sama sekali kecuali pas minum &
makan. Bahkan saya sudah mulai menggunakan double masker sebelum tes antigen.
Apakah saya kontak erat?
>> dalam hal ini saya kurang paham yg namanya kontak
erat kayak gimana menurut dokter tapi ini beberapa hal yang saya lakukan selama
di sana tanpa APD kecuali double masker.
Pagi hari saya sudah masuk kamar mbak Indah yang semalam
untuk tidur. Membantu Kak Tali ngangkat sprei, sarung bantal, dan bolak-balik nyari
barang dari lemari yang ada di dalam kamar. Mengangkat handuk bekas sejak kemarin
yg ada di jemuran. Memegangi kepala 3 anak saat SWAB antigen. Masangin masker
anak-anak (walaupun hanya bertahan 10 menit lalu sudah dilepas lagi). Mengantarkan
makan minum untuk Indi, menyuapi madu, menyingkirkan buah yang dia tidak suka. Pas
pipis membantu pakaikan celana. Membacakan cerita di kamar Indi. HP &
Laptop bergantian dengan saya dipakai untuk telpon dan nonton youtube anak-anak.
Dan saya menginap semalam di rumah di lantai bawah berbeda ruangan.
===
Ohya bagi teman-teman yang membaca ini..saya bukan pingin
menggalang dana, enggak minta kiriman coklat atau suaka. Tidak juga mau nebeng
nge-kos/nginap.
Tapi di bulan penuh dengan waktu istimewa ini saya ingin mengais
doa dari teman-teman…doakan saya sehat..karena saat ini semi isolasi di rumah,
dan di rumah saya ada dua lansia yg belum pakzzinnn. Tolong kalau waktu buka
puasa, sahur, saat hujan atau antara adzan iqamah saya & keluarga saya
didoakan. Juga keluarga Pak Rosi & Mbak Indah bisa melewati ini dengan
lulus.
Saya berdoa juga untuk kalian yg membaca titipan catatan ini,
juga sehat selalu hingga kondisi pandemi ini enyah dari muka bumi. Lancar
rejeki, naik jabatan, keluarga sakinnah mawadah warahmah, anak
sholih/sholihah…dan jangan lupa kalau di surga kalian nggak nemu saya tolong
dicari ya…minimal karena pernah jadi teman berbagi cerita..
Mohon maaf pilihan diksi saya sering tidak terkondisi…
Selamat melanjutkan perjuangan dan kemesraan di Ramadhan ini
gaesss…Jazakumullah Khair…
:)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar